KULIAH LAPANGAN
Kuliah memang tidak akan pernah lepas dari yang namanya praktek lapangan, atau kuliah yang langsung terjun ke masyarakat, namun biasanya, kuliah yang seperti ini lah yang disukai oleh para mahasiswa, karna bisa mendapatkan suasana kuliah yang berbeda, yang biasanya hanya didalam kelas, yang suntuk dan lebih cenderung membosankan, namun berbeda dengan kuliah lapangan, mereka bisa langsung bersosialisasi dengan masyarakat langsung, untuk mendapatkan informasi sesuai dengan materi kuliah yang di perintahkan oleh dosen yang bersangkutan.
Nahhhh, kali ini saya akan memberikan sedikit laporan kuliah lapangan saya, mengenai budaya masyarakat jawa, khususnya didesa kaliangkrik, kabupaten magelang. Yang mungkin bisa dijadikan contoh, apabila teman teman semua mendapatkan tugas kuliah yang sama sperti saya. langsung saja, sebagai berikut :
Laporan Kuliah Lapangan
Mata Kuliah “Telaah Pranata Masyarakat Jawa”
Tugas Laporan:
Wawancara
Sejarah Saparan dan Makna atau Simbol Sesajen saparan
Anggota kelompok
Nama anggota : 1. Prawito / 172160005
2. rodhiana hanifah / 172160007
3. hesti afriza / 172160010
NARASUMBER
Nama : Musrifin
Alamat : dukuh
prampelan, desa adipuro, kecamatan kaliangkrik.
ASAL USUL SAPARAN
Menurut pak musrifin, saparan sudah
menjadi kegiatan rutinitas masyarakat kaliangkrik setiap tahunnya,dan pasti mengadakan
pertunjukan wayang. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, apabil saparan
tidak diadakan, dan tidak ada pertunjukan wayang, maka desa tersebut akan
mendapat bencana. Awal kisahnya terjadi yaitu pada zaman dahulu, ada seorang
sesepuh didesa adipuro itu, beliau sedang membuat saluran air untuk
mengalirkannya ke desa, namun pada saat sedang membuat saluran air itu, beliau
terhalang sebuah batu besar, beliau bingung, dan akhirnya beliau bernazar,
apabila air itu bisa melewati batu besar itu, beliau akan mengadakan
pertunjukan wayang, dan dengan mukjizat allah, akhirnya air itu berhasil
melewati batu besar itu, dan air itu pun berhasil mengalir kedesa. Dan mulai
saat itulah, tradisi saparan dan pertunjukan wayang diselenggarakan sampai saat
ini.
SIMBOL SESAJEN
Pada kegiatan saparan zaman dulu,
pasti akan ada sejenis sesajen atau sedekah bumi. Isi sesajen itu adalah adalah
seluruh hasil alam, dimulai dari sayuran, buah buahan, dan lain sebagainya,
yang membuat sesajen itu adalah panitia penyelenggara saparan dengan bantuan
warga sekitar. Maksud dari sedekah bumi adalah, ungkapan rasa syukur masyarakat
setempat, karena telah diberi kekayaan alam yang melimpah, dan kesuburan tanah
yang luar biasa subur. Karena memang, kondisi alam disana masih sangat alami,
dan sangat cocok untuk bertani dan berkebun. Namun, dengan berkembangnya zaman,
tradisi sedekah bumi sudah tidak diadakan lagi, dengan berbagai alasan,
salah satu alasannya adalah faktor politik, karena kepala desa disitu adalah
orang muhammadiyah, yang tidak mengizinkan akan adanya sesajen, atau sedekah
bumi tersebut. Namun jika kepala desa ditu sudah ganti, bias jadi, tradisi
sesajen atau sedekah bumi tersebut dilaksanakan kembali dengan alasan
melestarikan budaya.
Comments
Post a Comment